A. Pengertian Formulasi Masalah
Rumusan
Masalah adalah usaha untuk menyatakan
secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau
dicarikan jalan pemecahan masalahnya. Rumusan masalah merupakan suatu
penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Dengan kata lain,
rumusan masalah ini merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang
lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan
pembatasan masalah. Suatu perumusan masalah yang baik berarti telah menjawab
setengah pertanyaan atau dari masalah. Masalah yang telah dirumuskan dengan
baik, tidak hanya membantu memusatkan pikiran, sekaligus juga mengarahkan cara
berpikir kita.
Tujuan Utama Penelitian Ilmiah yaitu untuk mencari hubungan atau membedakan dua variabel
atau lebih secara konsepsional. Oleh karena itu, rumusan masalah sebaiknya
dikaitkan dengan tujuan tersebut. Peneliti sebaiknya menggunakan kata-kata
hubungan atau perbedaan, contohnya yaitu korelasi. Karena korelasi merupakan
terminologi statistika.Masalah dalam PTK dapat terjadi secara individual maupun
secara kelompok dihadapi oleh guru sehingga dalam penetapan masalah penelitian
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.
Masalah tersebut harus menunjukkan
adanya kesenjangan antara teori dan praktik yang dihadapi guru dalam
menjalankan tugas kesehariaannya.
2.
Masalah tersebut memungkinkan untuk
dicarikan Alternative solusi melalui tindakan yang konkrit
Formulasi masalah PTK merupakan
upaya untuk mengungkap berbagai hal berkaitan dengan masalah yang akan dijawab
atau dipecahkan setelah tindakan dilakukan. formulasi masalah merupakan titik
tolak hipotesis yang akan dikemas menjadi judul penelitian, sehingga harus
jelas, padat dan tidak bertele-tele serta berisi implikasi menunjukkan adanya
data untuk memecahkan masalah. Dalam formulasi masalah ini, hendaknya peneliti
menghindari rumusan masalah yang terlalu umum atau terlalu sempit, bersifat
local atau terlalu argumentative.
Masalah PTK yang telah dipilih perlu
diformulasikan secara komprehensif, jelas, spesifik dan operasional, sehingga
memungkinkan peneliti untuk memilih tindakan yang tepat. formulasi masalah
dapat dilakukan dalam kalimat pernyataan, pertanyaan atau menggabungkan
keduanya. Sebagai pedoman dalam memformasikan masalah PTK.
Dilihat dari segi isi (content) rumusan
masalah, ataupun dari kondisi penunjang yang diperlukan dalam pemecahan masalah
yang telah dipilih. Apabila dikalsifikasikan, setidaknya ada tiga ciri masalah
yang baik, sebagai berikut:
a. Masalah harus memiliki nilai
penelitian, artinya:
· Mempunyai nilai keaslian
· Menyatakan suatu hubungan
(setidaknya memiliki 2 variabel)
· Merupakan hal yang penting
· Dapat diuji
· Dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
b. Masalah harus memiliki kelayakan
(feasible), artinya:
· Data serta metode untuk memecahkan
masalah harus tersedia
· Biaya, sesuai kemampuan
· Waktu
· Biaya dan hasil harus balance
· Administrasi dan sponsor harus kuat
· Tidak bertentangan dengan hukum
& adat.
c. Masalah harus sesuai dengan
kualifikasi peneliti
· Menarik bagi si peneliti
· Sesuai dengan kualifikasi
Lebih lanjut herawati mengemukakan
beberapa petunjuk yang dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam memformulasikan
masalah PTK sebagai berikut:
1. Masalah hendaknya diformulasikan secara jelas, artinya tidak
mempunyai makna ganda.
2. Masalah peneliti dapat dituangkan dalam kalimat Tanya.
3. Formulasi masalah umumnya menunjukkan hubungan antara dua
variabel atau lebih.
4. Formulasi masalah hendaknya dapat diuji secara empiris.
Maksudnya, dengan formulasi maslah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk
menjawab pertanyaan tersebut.
5. Formulasi masalah menunjukkan secara jelas subjek dan atau
lokasi penelitian.
B. Penulisan formulasi masalah
Dalam memformulasikan atau
merumuskan masalah, kiranya peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan
yang biasanya berlaku yaitu dengan memperhatikan:
1. Aspek substansi
2. Aspek formulasi
3. Aspek teknis.
Dari sisi aspek substansi atau isi
yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan
masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah
serupa/mirip yang dihadapi guru, kegunaan metodologik dengan diketemukannya
model tindakan dan prosedurnya, serta kegunaan teoritik dalam memperkaya atau
mengoreksi teori pembelajaran yang berlaku. Sedang dari sisi orisinalitas,
apakah pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang belum
pernah dilakukan guru sebelumnya. Jika sudah pernah berarti hanya merupakan
pengulangan atau replikasi saja.
Pada aspek formulasi, seyogyanya
masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat interogatif (pertanyaan), meskipun
tidak dilarang dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Hendaknya dalam
rumusan masalah tidak terkandung masalah dalam masalah, tetapi lugas menyatakan
secara eksplisit dan spesifik tentang apa yang dipermasalahkan.
Dan aspek teknis, menyangkut kemampuan
dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang
dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoritik dan
metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, kemampuan metodologi
penelitian tindakan, kemampuan fasilitas untuk melakukan penelitian seperti
dana, waktu, tenaga, dan perhatian terhadap masalah yang akan dipecahkan. Oleh
karena itu, disarankan untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi
bermakna, guru dapat melakukan di kelasnya dan tidak memerlukan biaya, waktu,
dan tenaga yang besar.
C. Petunjuk Menulis Rumusan Masalah PTK
Pemilihan dan penetapan masalah
penelitian merupakan langkah awal yang paling krusial dan penting dalam suatu
penelitian karena masalah penelitian mempengaruhi strategi yang akan diterapkan
dalam pemecahan masalah. Dalam mengidentifikasi dan memformulasikan masalah PTK
haruslah tepat dan memenuhi karakteristik sebagai berikut (Ishariwi, 2008):
1. Identifikasi dan formulasi masalah
harus memungkinkan untuk diteliti melalui PTK
2. Formulasi masalah dirumuskan secara
baik dan benar serta jelas agar peneliti dapat dengan mudah meletakkan dasar
teori atau kerangka konseptual dalam pemecahan masalah dan alternative solusi
tindakan yang tepat.
3. Formulasi masalah dan tindakan yang
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi akan memudahkan peneliti dalam
menyusun hipotesis tindakan dan mengumpulkan data penelitian.
4. Formulasi tindakan harus
mencerminkan kesesuaian dengn masalah yang diteliti dan menunjukkan perubahan
atau peningkatan yang lebih baik.
5. Masalah dalam penelitian tindakan
berbeda dengan masalah penelitian pada umumnya (konvensional) karena dalam PTK
peneliti terlibat langsung.
6. Pemilihan masalah PTK memenuhi
kriteria : (a) untuk melakukan perubahan, peningkatan atau perbaikan proses
kinerja (proses pembelajaran); (b) memiliki dampak langsung terhadap peneliti
yaitu menumbuhkan sikap dn kemauan untuk selalu melakukan upaya perbaikan dan (c)
menumbuhkan budaya meneliti dan menjadikan guru seorang peneliti.
Sebagaimana yang ditulis oleh
Sukajati (2008), bahwa pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung
deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Dalam
merumuskan masalah PTK, ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai
acuan yang disarikan dari Suyanto (1997) dan Sukarnyana (1997). Beberapa
petunjuk tersebut antara lain:
1. Masalah hendaknya dirumuskan secara
jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan
dalam kalimat tanya;
2. Formulasi masalah hendaknya
menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan dan hubungannya dengan variabel
lain;
3. Formulasi masalah hendaknya dapat
diuji secara empirik, artinya dengan rumusan masalah itu memungkinkan
dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut (operasional).
Selain itu, Wardhani, dkk (2007)
mengingatkan bahwa Formulasi Masalah harus dirumuskan secara operasional
sehingga perbaikan pembelajaran saat PTK dilaksanakan dapat terarah.
Wiriatmadja (2008) menyarankan agar terhapus keraguan bahwa guru telah
benar-benar memfokuskan permasalahan untuk diteliti, ada baiknya guru melakukan
diskusi dengan guru teman sejawat, atau meminta bantuan dosen LPTK yang telah
terbiasa menggunakan model penelitian tindakan ini.
D. Sumber dan cara perumusan masalah
Masalah perlu dirumuskan secara
jelas dan spesifik. Apabila ditentukan beberapa macam masalah, maka harus
dipilih masalah yang dihadapi sebagian besar siswa, masalah yang dapat
dipecahkan, masalah yang apabila dipecahkan akan memberikan manfaat yang
banyak. Dengan pembatasan masalah secara jelas akan memungkinkan untuk
merumuskannya dengan benar sehingga dapat diidentifikasi (diagnosis) dengan
seksama faktor-faktor penyebabnya sehingga tindakan atau treatment/ terapi
untuk memecahkan masalah tersebut dapat disusun dengan tepat dan mudah. Jika
dieksplorasi secara cermat, sebenarnya banyak sekali permasalahan yang berada
di lingkungan sekitar kita. Namun persoalannya kemudian adalah keterbatasan
kemampuan peneliti dalam mengidentifikasi berbagai persoalan yang harus
dipecahkan.
Terdapat beberapa sumber untuk
memperoleh dan menemukan masalah:
1. Pengamatan terhadap kegiatan manusia
2. Pengamatan terhadap alam sekitar
3. Bacaan/referensi
4. Analisis bidang pengetahuan
5. Replikasi hasil penelitian
6. diskusi ilmiah
7. Catatan dan pengalaman pribadi
Sesudah masalah dipilih dan diidentifikasi, langkah
berikutnya adalah merumuskan masalah. Perumusan masalah merupakan titik tolak
bagi perumusan hipotesis pada langkah selanjutnya, dan dari rumusan masalah
dapat dihasilkan topik penelitian, atau bahkan judul penelitian. Pada umumnya,
masalah dirumuskan dengan mengikuti kaidah-kaidah sebagai berikut:
1. Biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
2. Rumusan masalah harus jelas dan padat
3. Harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
4. Harus merupakan dasar dalam merumuskan hipotesis
5. Harus menjadi dasar judul penelitian
Contoh pertanyaan penelitian:
1. Kesulitan apa yang dialami siswa
dalam mentrasfer ketrampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran
lain?
2. Apakah siswa dapat mentransfer
ketrampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai?
3. Apa yang menyebabkan siswa menyukai
suatu mata pelajaran?
4. Apakah ada perbedaan antara prestasi
belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin
dibandingkan dengan mereka yang dapat kelas mata pelajaran tunggal?
E. Tujuan dan Manfaat Formulasi Masalah
Formulasi masalah ditulis untuk
menspesifikasikan masalah yang akan dibahas dalam karangan. Masalah yang
diformulasikan harus merupakan hasil penspesifikasian atau pengkhususan masalah
utama yang harus dijawab pada bab kesimpulan. Jawabannya diperoleh dari hasil
analisis data.
Menurut Nasir (1999:133-134) tujuan
dari pemilihan serta perumusan masalah adalah untuk:
1. Mencari sesuatu dalam rangka
pemuasan akademik seseorang.
2. Memuaskan perhatian serta
keingintahuan seseorang akan hal-hal yang baru.
3. Melatakkan dasar untuk memecahkan
penemuan penelitian sebelumnya ataupun dasar untuk penelitian selanjutnya.
4. Memenuhi keinginan sosial
5. Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
–
Husaini Usman dan Purnomo, 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Penerbit
PT Bumi Aksara : Jakarta.
METODE
PENGUMPULAN DATA
A. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah
data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang
diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau
juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
Contoh data sekunder misalnya
catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan
publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan
lain sebagainya.
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan
data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan
dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang
digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai
dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data
primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan
teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu
cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara,
pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data
merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa
alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka /
tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun tiga teknik pengumpulan data
yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara.
1. Angket
Angket / kuesioner adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan
atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik
pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup
besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait
dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket menyangkut
beberapa faktor antara lain :
- Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
- Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
- Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
2. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu
teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden
(wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian
ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam
dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara
langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati
sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat
melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan
manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant
Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut
secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola
pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat
dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah
peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak
sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam
peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik
observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung
antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel
besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin
menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik
wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian
kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur.
- Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
- Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.
Kelebihan dan Kekurangan dalam
Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi
langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan
tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika
pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
- Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
- Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
- Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
Pengamatan dapat dicek dan dikontrol
atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara
mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
Pertama. Dengan cara pengamatan
langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan,
dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku
tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku
yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dantidak menggantungkan data dari
ingatan seseorang;
Kedua. Pengamatan langsung dapat
memperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau
yang tak mau berkomunikasi secara verbal. Adakalanya subjek tidak mau
berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau peneliti, baik karena takut,
karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di
atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang telah diberikan di atas,
pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam mengumpulkan data,
mempunyai kelemahan-kelemahan.
2. Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si
penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui
telpon.
Wawancara Tatap Muka
Beberapa kelebihan wawancara tatap
muka antara lain :
- Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden
- Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan baru
- Bisa membaca isyarat non verbal
- Bisa memperoleh data yang banyak
Sementara kekurangannya adalah :
- Membutuhkan waktu yang lama
- Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah terpisah
- Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan
- Pewawancara perlu dilatih
- Bisa menimbulkan bias pewawancara
- Responden bias menghentikan wawancara kapanpun
Wawancara via phone
Kelebihan
- Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka
- Bisa menjangkau daerah geografis yang luas
- Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka)
Kelemahan
- Isyarat non verbal tidak bisa dibaca
- Wawancara harus diusahakan singkat
- Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun dihilangkan dari sampel
3.Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan
tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat
dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap
dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau
memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka).
Penyebaran kuesioner dapat dilakukan
dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner secara pribadi, melalui
surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan
kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun
hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan
langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah
organisasi kemungkinan menolak memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan
kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.
Etika dalam Pengumpulan Data
Beberapa isu etis yang harus
diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :
- Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan memegang prinsip kerahasiaan dan menjaga pribadi responden merupakan salah satu tanggung jawab peneliti.
- Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat penelitian kepada subjek. Dengan demikian, peneliti harus menyampaikan tujuan dari penelitian kepada subjek dengan jelas.
- Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak ditanyakan, dan jika hal tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian, maka penyampaiannya harus diungkapkan dengan kepekaan yang tinggi kepada responden, dan memberikan alasan spesifik mengapa informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
- Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan subjek tidak boleh dilanggar
- Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei dan responden yang tidak mau berpartisipasi tetap harus dihormati.
- Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya mengenai alasan eksperimen setelah mereka berpartisipasi dalam studi.
- Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam mereka, baik secara fisik maupun mental.
- Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam melaporkan data yang dikumpulkan selama study.
Referensi :
Uma Sekaran. 2006. Metodologi
Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar